• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Program Studi
Magister Manajemen Pendidikan Tinggi
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang Kami
    • Latar Belakang
    • Visi, Misi, dan Tujuan
    • Keunggulan
    • Struktur Manajemen
    • Pengelola Program
    • Fasilitas
    • Kehidupan Kampus
    • Galeri
  • Akademik
    • Pengumuman
    • Dokumen Akademik
    • Kurikulum dan Biaya
    • Mata Kuliah
    • Prosedur Admisi
    • Pengajar
  • News
  • Admisi
    • Info Pendaftaran
    • Persyaratan Pendaftaran
    • Prosedur Pendaftaran
    • Registarsi Sekarang
  • Publikasi
  • Akreditasi
    • Appendix ACQUIN
    • Akreditasi Nasional
  • Kontak
  • Beranda
  • Opini
Arsip:

Opini

Membangun Persepsi Bijak untuk Keputusan Berkualitas

BeritaOpini Monday, 20 October 2025

Yogyakarta, 20 Oktober 2025, Dalam perkuliahan Perilaku Organisasi, Ibu Dr. Supia Yuliana, S.Si., M.M pada hari Rabu, 01 Oktober 2025 menekankan pentingnya memiliki persepsi yang baik dan bijak sebagai fondasi dalam mengambil keputusan. Kemampuan ini menjadi krusial bagi mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Tinggi sebagai calon pemimpin dan pengelola institusi pendidikan tinggi.

Persepsi adalah proses interpretasi yang memberikan makna pada lingkungan di sekitar kita. Perlu dipahami bahwa persepsi berbeda dengan objektif. Persepsi merupakan hasil tafsiran kita terhadap realitas, sementara objektif adalah apa yang benar-benar ada dan dapat kita lihat. Perbedaan ini menjelaskan mengapa dua orang dapat melihat situasi yang sama namun memiliki pemahaman yang berbeda.

Tiga faktor utama membentuk persepsi seseorang:

  1. Faktor Situasi : meliputi waktu dan keadaan di mana persepsi terbentuk. Konteks situasional sangat menentukan bagaimana kita menginterpretasi sesuatu.
  2. Faktor Individu : mencakup kepribadian, motivasi, emosi, tingkat pendidikan, sistem nilai, minat, dan posisi seseorang. Setiap individu membawa latar belakang unik yang mewarnai cara pandangnya.
  3. Faktor Target : berkaitan dengan karakteristik objek yang dipersepsikan seperti ukuran, suara, warna, gerakan, dan latar belakangnya.

Memahami persepsi bertujuan untuk memahami perilaku dengan lebih baik melalui teori atribusi. Teori ini membantu kita mencari tahu apakah penyebab suatu perilaku bersifat internal (dari dalam diri individu) atau eksternal (dari faktor lingkungan). Pemahaman ini penting agar kita tidak terburu-buru menilai atau salah menginterpretasi tindakan orang lain. Persepsi yang baik harus dikomunikasikan dengan efektif dan didukung oleh pengetahuan yang luas. Tanpa komunikasi yang jelas, persepsi kita tidak akan dipahami orang lain dan dapat menimbulkan mispersepsi. Keputusan yang baik memiliki dua karakteristik utama: rasional dan etis. Keputusan rasional adalah keputusan yang masuk akal dan berdasarkan logika. Namun, dalam praktiknya, pengambilan keputusan yang sepenuhnya rasional sangat sulit dilakukan. Karena itu, banyak keputusan diambil secara intuitif yaitu tanpa proses logis atau data konkret yang lengkap.

Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan yang Baik :

  1. Mendefinisikan masalah dengan jelas dan tepat
  2. Menentukan kriteria keputusan yang relevan
  3. Menimbang kriteria sesuai tingkat kepentingannya
  4. Mengembangkan alternatif berdasarkan kriteria
  5. Mengevaluasi setiap alternatif yang ada
  6. Memilih alternatif terbaik dari hasil evaluasi

Aspek etis tidak kalah penting dari aspek rasional. Keputusan yang etis harus memenuhi hak asasi manusia dan prinsip keadilan. Selain itu, pengambil keputusan perlu mempertimbangkan dampak keputusannya terhadap banyak pihak, bukan hanya kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Bagi mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Tinggi, kemampuan membangun persepsi yang bijak dan mengambil keputusan berkualitas adalah kompetensi dasar. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, menerapkan langkah-langkah sistematis dalam pengambilan keputusan, serta selalu mempertimbangkan aspek etika, para calon pemimpin pendidikan tinggi akan mampu membuat keputusan yang tidak hanya rasional tetapi juga berkeadilan dan bermanfaat bagi banyak pihak.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh (Peace, Justice, and Strong Institutions)

Penulis : Vikra Shafwa Humaira Sinambela; Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

Mengurai Kompleksitas Manajemen Pendidikan Tinggi: Prof. Zuprizal Tekankan Urgensi Manajer Profesional Berlandaskan Etika

BeritaOpini Thursday, 2 October 2025

Yogyakarta, 2 Oktober 2025 – Kompleksitas pengelolaan perguruan tinggi di era modern menjadi sorotan utama dalam perkuliahan Manajemen Administrasi Pendidikan Tinggi yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA., IPU., ASEAN Eng. pada Kamis (02/10/2025). Di hadapan mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT), Prof. Zuprizal menggarisbawahi tantangan fundamental yang dihadapi institusi, yakni tumpang tindih peran dosen sebagai akademisi dan manajer. Menurutnya, kondisi ini sering kali menciptakan dilema profesional yang berisiko menurunkan kualitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Prof. Zuprizal memaparkan bahwa realitas di lapangan menunjukkan dosen kerap dibebani tugas administratif dan manajerial. Padahal, fokus utama mereka seharusnya pada pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

“Manajemen pendidikan tinggi bukan sekadar urusan teknis, melainkan alat strategis untuk mencapai tujuan institusi. Ketika dosen harus merangkap sebagai manajer, sering kali terjadi konflik kepentingan yang mengurangi efektivitas kedua fungsi tersebut,” jelasnya. Untuk mengatasi hal ini, perguruan tinggi mutlak membutuhkan manajer yang capable—individu dengan kompetensi manajerial yang kuat, pemahaman mendalam tentang ekosistem pendidikan tinggi, serta kepemimpinan yang terukur. “Dengan adanya manajer profesional, dosen dapat berkonsentrasi penuh pada peningkatan kualitas pembelajaran, menghasilkan riset berkualitas tinggi, dan memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat,” tegas Prof. Zuprizal.

Dalam sesi yang interaktif, Prof. Zuprizal memperkenalkan konsep tiga pilar kompetensi (intersection) yang wajib dimiliki oleh seorang manajer pendidikan tinggi. Ketiganya saling melengkapi untuk membentuk seorang pemimpin yang utuh.

  1. Etika: Menempati posisi tertinggi sebagai fondasi karakter dan integritas. “Tanpa etika yang kuat, pengetahuan dan pengalaman dapat disalahgunakan. Etika adalah pembeda utama,” ujarnya.
  2. Pengetahuan (Knowledge): Penguasaan teori dan konsep yang mendalam mengenai manajemen dan sistem pendidikan tinggi.
  3. Pengalaman (Experience): Kemampuan praktis yang memperkaya pemahaman teoritis dan mempertajam pengambilan keputusan.

Menurutnya, mahasiswa MMPT memiliki tanggung jawab strategis untuk menjadi agen perubahan (change agent) yang menguasai ketiga pilar ini. Mereka diharapkan mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik, mengembangkan solusi inovatif, serta mendorong reformasi tata kelola perguruan tinggi agar lebih efektif dan efisien. Perkuliahan ditutup dengan pesan kuat bahwa masa depan perguruan tinggi sebagai pusat keunggulan akademik dan agen transformasi sosial sangat bergantung pada kualitas manajemennya. Mahasiswa MMPT, dengan bekal etika, pengetahuan, dan pengalaman, dipersiapkan untuk menjadi motor penggerak reformasi tersebut. “Hanya dengan manajemen yang profesional, dosen yang fokus, dan sistem yang kuat, perguruan tinggi dapat menjalankan misinya dengan luhur dan berdampak,” pungkasnya.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh (Peace, Justice, and Strong Institutions)

Penulis : Vikra Shafwa Humaira Sinambela; Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

 

Budaya Lisan Jadi Tantangan, Pakar UGM Dorong Reformasi Publikasi Ilmiah di Perguruan Tinggi Indonesia

BeritaOpini Tuesday, 30 September 2025

Yogyakarta, 9 September 2025 – Perguruan tinggi di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam persaingan global akibat kuatnya tradisi lisan dalam transfer pengetahuan, yang berbenturan dengan tuntutan publikasi ilmiah sebagai standar kualitas akademik internasional. Akibatnya, banyak kontribusi intelektual dosen yang mumpuni tidak terdokumentasi dan tidak terukur di panggung dunia.

Isu krusial ini menjadi sorotan utama dalam perkuliahan Teori Manajemen dan Kepemimpinan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, M.P.P., pada Selasa (9/9/2025). Menurutnya, tanpa reformasi sistemik, perguruan tinggi Indonesia berisiko terus tertinggal karena kontribusi akademiknya tidak terlihat di mata dunia internasional. “Kita memiliki banyak dosen dengan pengetahuan mendalam, namun budaya lisan membuat kekayaan intelektual itu seringkali berhenti di ruang kelas,” ujar Prof. Wahyudi. “Padahal, indikator utama pemeringkatan universitas dunia seperti QS dan THE sangat bergantung pada publikasi dan sitasi.”

Prof. Wahyudi menjelaskan bahwa akar budaya lisan, di mana ilmu lebih banyak disampaikan secara verbal tanpa dokumentasi tertulis yang memadai, menjadi kendala utama. Menyadari hal ini, banyak universitas kini mulai mengambil langkah progresif dengan mewajibkan dosen memiliki situs web pribadi dan mempublikasikan riset di jurnal ilmiah. “Langkah ini adalah upaya mengubah mindset dari budaya lisan ke budaya tulis. Penelitian harus dipandang sebagai kekayaan intelektual yang wajib disebarluaskan, bukan hanya pengetahuan yang disimpan sendiri,” tambahnya.

Meskipun dorongan untuk publikasi sudah ada, Prof. Wahyudi menyoroti bahwa implementasinya masih jauh dari ideal. Banyak dosen memandang publikasi sebagai beban tambahan karena menghadapi berbagai kendala signifikan di lapangan.

Hambatan tersebut mencakup:

  • Beban administratif yang berlebihan.
  • Minimnya dana dan alokasi waktu khusus untuk penelitian.
  • Terbatasnya akses ke pelatihan metodologi riset dan penulisan akademik.
  • Proses publikasi yang rumit dan birokratis.

“Kondisi ini membuat publikasi ilmiah terasa seperti paksaan, bukan bagian natural dari kehidupan seorang akademisi,” tegasnya.

Sebagai solusi, Prof. Wahyudi menyerukan adanya reformasi komprehensif dalam sistem publikasi ilmiah di Indonesia. Menurutnya, pendekatan ini harus mencakup penyederhanaan birokrasi melalui digitalisasi penuh, penguatan dukungan institusional lewat pendanaan dan program mentoring, serta pembangunan sistem insentif yang jelas bagi dosen yang produktif.

“Yang terpenting adalah perubahan kultur, dari paradigma ‘dosen yang sekadar mengajar’ menjadi ‘akademisi yang berkontribusi pada ilmu pengetahuan global’. Tanpa ini, kita akan sulit bersaing,” tutupnya. Reformasi ini diharapkan dapat membuat kontribusi intelektual akademisi Indonesia lebih terukur dan diakui di tingkat internasional.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Decent Work and Economic Growth); SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (Industry, Innovation, and Infrastructure); SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh (Peace, Justice, and Strong Institutions)

Penulis : Vikra Shafwa Humaira Sinambela; Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

Mengupas Transformasi Digital di Pendidikan Tinggi: Antara Peluang dan Tantangan

BeritaOpini Tuesday, 30 September 2025

Dalam sebuah sesi perkuliahan yang mencerahkan pada Rabu, 3 September 2025, Prof. Dr. Ir. Sahid Susanto, M.S., mengupas secara mendalam peran vital Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dalam lanskap pendidikan tinggi modern. Ia menekankan bahwa integrasi teknologi bukan lagi sekadar pilihan atau tren, melainkan telah menjadi sebuah kebutuhan fundamental yang membentuk ulang cara dunia akademik beroperasi. Menurutnya, ICT telah berhasil mentransformasi ruang kelas tradisional menjadi lingkungan belajar yang lebih interaktif dan personal, sekaligus mendobrak batasan geografis untuk membuka akses pendidikan yang lebih luas bagi semua kalangan. Selain itu, efisiensi dalam proses penilaian juga meningkat tajam, memungkinkan dosen memberikan umpan balik yang lebih cepat dan tepat sasaran kepada mahasiswa.

Implementasi nyata dari transformasi ini dapat dilihat melalui penggunaan platform Learning Management Systems (LMS) yang menjadi pusat aktivitas akademik, akses tak terbatas ke jutaan sumber ilmu melalui perpustakaan digital, serta pemanfaatan video conferencing yang kini menjadi hal lumrah di lingkungan kampus. Namun, di balik berbagai kemudahan tersebut, Prof. Sahid juga menyoroti sejumlah tantangan signifikan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut meliputi kesenjangan digital di antara mahasiswa, kebutuhan akan pelatihan yang berkelanjutan bagi tenaga pendidik, biaya investasi infrastruktur yang tinggi, serta isu krusial terkait keamanan data dan penjagaan integritas akademik di ranah digital.

Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa kunci keberhasilan transformasi digital di pendidikan tinggi tidak hanya terletak pada kecanggihan teknologi, tetapi pada kemampuan institusi untuk menyeimbangkan inovasi tersebut dengan komitmen yang kuat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan integritas akademik.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (Industry, Innovation, and Infrastructure); SDG 10: Mengurangi Kesenjangan (Reduced Inequalities)

Penulis : Vikra Shafwa Humaira Sinambela; Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

Pionir Pascasarjana UGM: Mahasiswa Dituntut Seimbangkan Intelektualitas dengan Moralitas

BeritaOpini Thursday, 25 September 2025

Yogyakarta, 24 September 2025 – Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menegaskan perannya sebagai pencetak intelektual bangsa melalui Kuliah Umum “Pionir”. Dalam kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu, 24 September 2025 ini, mahasiswa pascasarjana diingatkan bahwa tantangan pendidikan tinggi modern tidak hanya sebatas pencapaian akademik, tetapi juga pembangunan integritas dan tanggung jawab moral.

Mengusung tema “Integritas Akademik dan Tanggung Jawab Moral: Kontribusi Mahasiswa Pascasarjana untuk Indonesia”, kuliah umum ini menyoroti posisi strategis mahasiswa pascasarjana sebagai agen perubahan. Di tengah dinamika global, mahasiswa tidak hanya dituntut menguasai bidang keilmuannya, tetapi juga memiliki kewajiban moral untuk berkontribusi aktif dalam penyelesaian masalah bangsa.

Dalam salah satu sesi, disampaikan bahwa pendidikan tinggi Indonesia kini berada di persimpangan antara kebutuhan meningkatkan daya saing riset dan urgensi memperkuat karakter generasi penerus. Mahasiswa pascasarjana disebut harus menjadi garda terdepan dalam menyintesiskan kedua elemen tersebut. “Intelektualitas tanpa moralitas akan menghasilkan generasi pandai namun tidak peduli, sebaliknya moralitas tanpa intelektualitas membuat niat baik menjadi tidak efektif,” ujar salah satu pembicara.

Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah kecenderungan lahirnya generasi yang apatis atau cuek. Mahasiswa pascasarjana diharapkan menjadi antitesis dari fenomena tersebut dengan aktif membangun jembatan komunikasi dan kolaborasi. Hal ini sejalan dengan slogan UGM untuk “mengakar kuat dan menjulang tinggi”, di mana penguatan identitas keilmuan harus diiringi dengan kemampuan menjadi rujukan dunia.

Kuliah umum ini ditutup dengan pesan kuat bahwa masa depan Indonesia berada di tangan para mahasiswa pascasar-jana. Kontribusi nyata yang dilandasi integritas akademik dan tanggung jawab moral, bukan sekadar gelar, akan menjadi penentu arah kemajuan bangsa di masa depan.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Decent Work and Economic Growth); SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (Industry, Innovation, and Infrastructure); SDG 10: Mengurangi Kesenjangan (Reduced Inequalities)

Penulis : Vikra Shafwa Humaira Sinambela; Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

Arah Transformasi Pendidikan Tinggi: Kunci Wujudkan SDM Unggul di Era Modern

BeritaOpini Wednesday, 17 September 2025

Yogyakarta, pada Senin (15/9/2025) – Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M. Agr., menyoroti tantangan besar Indonesia dalam menghadapi era ketidakpastian dan memanfaatkan bonus demografi. Dalam kuliah umum bertajuk “Transformasi Menuju Indonesia dengan Sumber Daya Manusia yang Unggul” , ia menegaskan bahwa transformasi fundamental pendidikan tinggi menjadi kunci untuk melahirkan generasi yang tidak hanya terdidik, tetapi juga tercerahkan.

Kegiatan yang mencerahkan ini diikuti secara antusias oleh para mahasiswa dari Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi, Sekolah Pascasarjana UGM. Di antara yang hadir adalah Chynara Wilma Fakhirah Nasution, Naufal Aufa Oktriana, Putri Ihda Inayah, M. Syahan Irsyad, Pandhuri Jayadi, Ellisa Fitriana, Baiq Annisa Tira Lestari, Dina Julzia, Dinda Cintya Desyana, Lidaena Umami, Muhammad Affan Yazidur Rahman, Jasmine Syaharani, Asri Fahmi Malim Wijaya Nasution, Habibah Fatimatuzzahra, S.Pd., Siti Rahmawati, Vikra Shafwa Humaira Sinambela, dan Endah Putri Handayani.

Menurut Prof. Djagal, Indonesia kini berada di persimpangan jalan dengan adanya bonus demografi. Kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif mendominasi bisa menjadi motor penggerak ekonomi, namun juga bisa berubah menjadi bencana sosial jika tidak diimbangi dengan kualitas SDM yang mumpuni. “Bonus demografi ini adalah pedang bermata dua. Peluang besar jika kita siap, musibah jika generasi produktif kita justru menjadi pengangguran karena minim kompetensi,” tegasnya di hadapan para mahasiswa.

Prof. Djagal memaparkan tiga pilar utama yang wajib dimiliki SDM unggul, yaitu karakter yang kuat, kompetensi yang mumpuni, dan komitmen yang teguh. Menurutnya, di tengah era ketidakpastian (uncertainty) abad ke-21, pengetahuan (knowledge) saja tidak lagi cukup, melainkan harus menyatu dengan sikap (attitude) yang tepat. Di sinilah peran pendidikan tinggi menjadi sangat vital. Ia mengkritisi pandangan bahwa pendidikan tinggi hanya sebatas transfer ilmu. “Esensi sejati universitas terletak pada interaksi bermakna antara dosen dan mahasiswa yang mampu mentransformasi cara berpikir. Tujuan kita bukan sekadar mencetak orang terdidik yang punya skill teknis, tetapi melahirkan insan tercerahkan yang memiliki kebijaksanaan, empati, dan kemampuan melihat gambaran besar,” jelasnya. Seorang yang benar-benar terdidik, lanjutnya, memiliki ciri khas cara berpikir sistematis, analisis tajam, serta tidak mudah termakan hoaks atau provokasi—sebuah kemampuan krusial di era banjir informasi saat ini.

Mengacu pada data Human Development Index, Prof. Djagal mengakui bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius terkait minimnya tenaga ahli berkualitas dan ketimpangan proporsi SDM terdidik. Ia merefleksikan momen-momen transformasi besar dalam sejarah, seperti Hijrah Nabi, Renaissance, hingga Restorasi Meiji di Jepang, sebagai bukti bahwa pendidikan adalah kunci utama kemajuan peradaban.

Untuk itu, ia mendorong adanya transformasi dalam proses belajar-mengajar di perguruan tinggi yang mencakup empat aspek:

  1. Dosen: Harus terus meningkatkan kompetensi dan relevansi dengan zaman.
  2. Konten: Kurikulum harus adaptif dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
  3. Lingkungan Belajar: Wajib mendukung proses pembelajaran yang interaktif dan optimal.
  4. Metode Mengajar: Harus inovatif, aplikatif, dan tidak lagi bersifat satu arah.

Menutup kuliahnya, Prof. Djagal memberikan pengingat penting bagi para mahasiswa sebagai generasi penerus. Ia mengajak mereka untuk mengubah paradigma dari thinking small menjadi thinking big.

“Kesempatan mengenyam pendidikan tinggi adalah sebuah keberuntungan dan amanah. Pendidikan yang Anda terima adalah investasi bangsa. Oleh karena itu, kembalikan dalam bentuk kontribusi nyata. Jangan hanya berpikir tentang karier pribadi, tetapi pikirkan warisan apa yang akan Anda tinggalkan untuk Indonesia,” pungkasnya. Kuliah umum ini menjadi seruan bagi seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk serius mempersiapkan generasi yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap menjadi pemimpin yang membawa perubahan positif bagi bangsa.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Decent Work and Economic Growth); SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (Industry, Innovation, and Infrastructure); SDG 10: Mengurangi Kesenjangan (Reduced Inequalities)

Penulis : Vikra Shafwa Humaira Sinambela; Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

UGM Terima Kunjungan Akademik dari Prof. Jurgen Rueland, University of Freiburg Jerman

BeritaOpini Monday, 4 August 2025

Yogyakarta, 21 Juli 2025 Pada kesempatan yang bersamaan dengan kunjungan delegasi NCCU, Prof. Juergen Rueland juga melakukan kunjungan informal ke Prodi MMPT serta diterima di Sekolah Pascasarjana UGM oleh Dekan Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc, PhD. Dalam kunjungan ini beliau menjelaskan, bahwa beliau saat ini bertugas sebagai Senior Expert Service (SES) di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dalam rangka membuka fakultas baru, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Islam. Beliau berada di Yogyakarta selama satu bulan untuk melakukan coaching, pelatihan, focus group discussion dengan staf pengajar di UIN Sunan Kalijaga yang berkaitan dengan pendirian prodi tersebut.

 

Prof. Juergen Rueland merupakan professor dari Albert-Ludwigs University -Freiburg – Germany dalam bidang Hubungan internasional yang berkaitan dengan  international relations, globalization and regionalization, democratization, political, economic, social and cultural change in Southeast Asia. Sebenarnya akan direncakan adanya podcast dengan beliau, tetapi karena kesibukan beliau kegiatan podcast ini akan diganti dengan MMPT-Talks setelah beliau pulang ke Jerman. Sebagai informasi tambahan istri beliau, Dr. Dorothea Rueland merupakan mantan Sekretaris Jendral German Academic Exchange Service (DAAD) yang memiliki banyak pengalaman dalam pengembangan pendidikan tinggi maupun mengelola beasiswa studi dan riset di Jerman bagi para mahasiswa asing yang sekolah ke Jerman.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 17: Partnerships for the Goals (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan)

Penulis : Dr.rer.nat. Ir. R. Wahyu Supartono
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

Kunjungan Tamu dari National Chengchi University ke MMPT SPs UGM

BeritaOpini Monday, 4 August 2025

Yogyakarta, 21 Juli 2025 Progam Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT) menerima tamu dari National Chengchi University (NCCU) – Taipei – Taiwan yang melakukan serangkaian kunjungan ke Universitas Gadjah Mada. Mereka diterima oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pendidikan UGM, Prof. Wening Udasmoro yang juga telah menjalin kerjasama dengan insitusi tersebut. Saat kunjungan ke Sekolah Pascasarjana UGM rombongan yang terdiri dari; Prof. Dr. Chao Chin-Chi, Acting Dean of the College of Foreign Languages and Literature & Chair of the Department of Southeast Asian Languages and Cultures; Prof. Dr. Jiang Cuifen, Director of the Chinese Language Teaching Centre; Dr. Silvia Rehulina Ginting, Assistant Professor of the Department of Southeast Asian Languages and Cultures (Head of Indonesian Language and Cultures Study Program) dan YuanTing Lim, Operations Manager of the Center for Southeast Asian Socio-Cultural Studies in the Department of Southeast Asian Languages and Cultures, diterima oleh Dekan Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc, PhD.

Dalam kunjungan ini delegasi NCCU menjelaskan tentang penguatan departemen Asia Tenggara yang telah didirikan beberapa tahun yang lalu serta kegiatan-kegiatan yang mendukungnya, termasuk penyelenggaraan seminar, student and staff exchange maupun collaborative research. Prof. Siti Malkhamah menyambut dengan baik ajak kerjasama ini dan memberikan kesempatan bagi prodi MMPT dan prodi-prodi lainnya untuk berpartisipasi dan memperkuat kerjasama di masa mendatang. Selain itu juga dikenalkan juga departemen bahasa Mandirin maupun Bahasa Indonesia untuk mahasiswa Taiwan, yang akan mempererat hubungan kerjasama antara NCCU dengan UGM secara keseluruhan, mengingat prodi MMPT juga telah menjalin kerjasama dengan Prof. Gregory Ching di Department of Education NCCU.

Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 17: Partnerships for the Goals (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan)

Penulis : Dr.rer.nat. Ir. R. Wahyu Supartono
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

Gali Potensi Calon Mahasiswa, MMPT UGM Gelar Seleksi Wawancara Gelombang 4

BeritaOpini Friday, 11 July 2025

YOGYAKARTA, 11 Juli 2025 – Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT) Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (SPs UGM) telah menyelenggarakan tahap seleksi wawancara bagi calon mahasiswa baru gelombang ke-4. Sesi ini merupakan tahapan krusial dalam rangkaian penerimaan mahasiswa baru untuk semester Gasal tahun ajaran 2025/2026.

Sebanyak tiga kandidat mengikuti sesi wawancara pada gelombang kali ini. Mereka adalah Endah Putri Handayani, Siti Rahmawati, dan Vikra Shafwa Humaira Sinambela. Ketiganya hadir dengan latar belakang pendidikan sarjana yang unik dan beragam, mulai dari bidang Elektro Mekanika di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Yogyakarta, Pendidikan Agama Islam dari IAIN Kendari, hingga Pendidikan Kimia dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Dalam sesi wawancara yang berlangsung secara mendalam, para penguji menggali berbagai aspek dari setiap kandidat. Fokus diskusi tidak hanya pada rekam jejak akademis, tetapi juga pada motivasi dan visi para calon mahasiswa. Para kandidat memaparkan latar belakang riset skripsi mereka di jenjang S1 dan bagaimana hal tersebut memicu minat untuk melanjutkan studi di bidang manajemen pendidikan tinggi.

Lebih lanjut, para kandidat juga diberikan kesempatan untuk mengelaborasi pemahaman mereka mengenai tantangan dan peluang dalam pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia. Visi serta rencana studi mereka ke depan, jika nantinya menempuh pendidikan di MMPT UGM, turut menjadi poin penting yang didiskusikan dalam wawancara.

Proses wawancara ini berlangsung di bawah arahan Ketua Program Studi MMPT, Dr.rer.nat. Ir. R. Wahyu Supartono, yang menekankan pentingnya mendapatkan calon mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki visi yang sejalan dengan tujuan program studi.

Setelah tahap wawancara ini selesai, hasil akhir seleksi gelombang ke-4 akan diumumkan secara resmi oleh universitas dalam waktu dekat. Para kandidat diharapkan untuk menunggu informasi lebih lanjut melalui jalur komunikasi resmi UGM.

Tags: SDG 4: pendidikan berkualitas

Penulis : Berlian Belasuni

Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM

Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi memberikan Pendampingan kepada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kelurahan Klitren

BeritaOpini Thursday, 10 July 2025

Yogyakarta, 10 Juli 2025- Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan wadah para wanita/ibu-ibu di suatu wilayah dalam melakukan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa memberikan kesejateraan dalam keluarganya. Hal ini sangat penting bagi pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, yang akan melahirkan dan mendidik generasi emas di masa mendatang.

Berdasarkan data kependudukan di semester I jumlah penduduk Perempuan di Indonesia mencapai 139.907.921 jiwa, sedangkan penduduk laki-laki sebanyak 142.569.663 jiwa. Dengan persentase yang hampir seimbang ini, dapat dilihat juga peran penting Wanita yang sanagt strategis adalah sebagai berikut:

  • Mendidik dan mensejahterakan keluarga, memiliki peran penting dalam bidang ekonomi, sosial dan agama.
  • Membangun karakter manusia, mengentaskan kemiskinan, mempelopori hidup sehat dan bersih.
  • Menguatkan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) mulai tingkat rumah tangga sampai dengan nasional.

Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan menimbulkan masalah kompleks di masyarakat seperti:

  • Rumah tinggal kurang bersih dan kurang sehat
  • Sampah tidak Kelola dengan baik
  • Kekurangan giiz pada anggota keluarga
  • Permasalahan ekonomi, dll

Peran penting Wanita untuk mengurangi berbagai permasalahan tersebut dan meningkatkan kesejateraan keluarga melalui:

  • Memanfaatkan halaman untuk berkebun, memelihara ikan, maupun beternak wayam bersama warga lainnya.
  • Menyediakan makanan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman bagi keluarga
  • Memperkuat pengelolaan sampah rumah tangga dan komunal

Setiap tahun PKK tingkat kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta maupun nasional melaksanakan lomba-lomba yang menampilkan hasil kerja PKK Kelurahan maupun kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pada tahun 2026 PKK Kelurahan Klitren akan menghadapi 4 macam Lomba yang melibatkan para pengurus dan anggota PKK Kelurahan Klitren. Keempat macam lomba tersebut adalah: a. Administrasi PKK; b. HATINYA PKK, c. Test IVA d. POSYANDU ILP.

Lomba ADMINISTRASI PKK difokuskan pada penguatan kegiatan administrasi yang dirangkum dalam Buku Daftar Anggota dan Kader TP PKK, Buku Agenda Surat Masuk/Keluar, Buku Keuangan, Buku Notulensi dan Buku Inventaris. Sedangkan untuk program AKU HATINYA PKK merupakan singkatan dari Amalkan dan Kukuhkan Halaman Teratur Indah dan Nyaman, dengan tujuan memberikan dorongan semangat gotong royong sebagai bentuk kearifan lokal utamnya kaum Perempuan dalam mengelola lahan pekarangan secara intensif, produktif dan memiliki nilai tambah dan manfaat dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga.

Test IVA atau Inspeksi Visual dengan Asam Asetat adalah metoda pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengoleskan asam asetat pada mulut Rahim dan mengamati perubahan warna yang mungkin menandakan adanya sel abnormal atau lesi prakanker. POSYANDU ILP adalah Pos Pelayanan Terpadu Integrasi Layanan Primer yang merupakan upaya pemerintah untuk mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat, dengan fokus pada pelayanan kesehatan primer yang mencakup seluruh siklus hidup dari bayi hingga lansia.

Ke empat macam kegiatan ini harus dipersiapkan mulai saat ini agar dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh masyarakat. Adanya mahasiswa KKN – UGM Sub Unit Klitren sampai pada tanggl 8 Agustus 2025 periode merupakan asset dan kesempatan bagi TP PKK Kelurahan Klitren untuk mengakselerasi kegiatan persiapan ini. Kegiatan pendampingan ini didukung oleh Ketua Prodi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi – Sekolah Pascasarjana UGM yang mulai dengan pemberian penjelasan tentang macam-macam lomba kepada ibu-ibu PKK Klitren dan mahasiswa KKN – UGM Sub Unit Klitren, selanjuynya dilakukan link-match terutama updating database, penyusunan profil, penyusunan proposal kegiatan serta pemutakhiran administrasi PKK serta mendukung pelaksanaan kegiatan rutin PKK.

Tags: SDG 1: Tanpa Kemiskinan (No Poverty);SDG 2: Tanpa Kelaparan (Zero Hunger);SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera (Good Health and Well-being);SDG 4: Pendidikan Berkualitas (Quality Education);SDG 5: Kesetaraan Gender (Gender Equality);SDG 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan (Sustainable Cities and Communities)

Author: Dr.rer.nat. Wahyu Supartono

Photo: Doc. MMPT Study Program, SPs UGM

 

 

123…13
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Sekolah Pascasarjana
Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT)

Jl. Teknika Utara, Pogung Yogyakarta
Telp. (0274) 544975, 555881, 564239, 901215
Fax. (0274) 564239, 547861
Instagram: @mmpt_sps_ugm
YouTube: MMPT UGM

Links

  • IGSSCI
  • Alumni
  • RSS Feed

Jurnal Online

  • Kawistara
  • Teknosains
  • Publikasi

LAST VISITOR

Flag Counter

© 2020 MMPT Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY