“In Indonesia, higher education is still facing several challenges, such as unequal access between regions, limited collaboration with industries, and a gap between graduates’ skills and the demands of the global job market. Many universities are also in the process of digital transformation, but the readiness and quality still vary. Given these conditions, what do you think are the main challenges for universities in developing countries like Indonesia in preparing graduates for the global job market? And how might these challenges be effectively addressed?”
Opini
On a bright morning in Yogyakarta, a police escort accompanied the Turkish Ambassador, Prof. Talip Küçükkcan, to Gedhong Wilis, Kepatihan Complex, for a courtesy visit to His Majesty Sri Sultan Hamengkubuwono X, King and Governor of the Yogyakarta Special Region. The visit aimed to enhance bilateral cooperation between the Republic of Turkey and the Republic of Indonesia through the planned establishment of a Turkish Cultural Center in Yogyakarta — a city long celebrated as Indonesia’s cultural heart. The Sultan warmly welcomed the proposal, emphasizing that Yogyakarta already hosts cultural centers from several countries, including Japan, South Korea, France, India, and the United States. He expressed optimism that the Turkish Cultural Center would further enrich Yogyakarta’s international cultural landscape and strengthen the longstanding friendship between the two nations.
Yogyakarta, Indonesia -November 5, 2025— The Turkish Ambassador to Indonesia, Prof. Talip Küçükkcan, paid a courtesy visit to Universitas Gadjah Mada (UGM) at Balairung UGM, to discuss strengthening academic and cultural cooperation between Turkey and Indonesia.
“Currently, more than 5,500 Indonesian students are pursuing undergraduate, master’s, and doctoral programs in Turkey — a number that reflects the growing educational ties between the two nations. This shows great potential to extend and deepen collaboration between Turkey and Indonesia,” said Prof. Küçükkcan, who previously served as a Professor of Sociology at Marmara University, Istanbul, before his appointment as Ambassador.
Yogyakarta, 5 November 2025 – Konferensi The 13th International Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI) menyoroti peran sentral perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan global melalui panel khusus yang diinisiasi oleh Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT) Sekolah Pascasarjana UGM. Panel bertajuk “Panel IV: Navigating the Future through Higher Education (MMPT)” ini menghadirkan tiga pakar terkemuka dari latar belakang diplomatik, akademik, dan tata kelola universitas. Sesi ini secara tajam menterjemahkan tema besar IGSSCI, “Navigating The Future: Strengthening Resilience Through Glocal Collaboration Towards World Peace”, ke dalam konteks manajemen pendidikan tinggi.
Yogyakarta, 20 Oktober 2025, Dalam perkuliahan Perilaku Organisasi, Ibu Dr. Supia Yuliana, S.Si., M.M pada hari Rabu, 01 Oktober 2025 menekankan pentingnya memiliki persepsi yang baik dan bijak sebagai fondasi dalam mengambil keputusan. Kemampuan ini menjadi krusial bagi mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Tinggi sebagai calon pemimpin dan pengelola institusi pendidikan tinggi.
Persepsi adalah proses interpretasi yang memberikan makna pada lingkungan di sekitar kita. Perlu dipahami bahwa persepsi berbeda dengan objektif. Persepsi merupakan hasil tafsiran kita terhadap realitas, sementara objektif adalah apa yang benar-benar ada dan dapat kita lihat. Perbedaan ini menjelaskan mengapa dua orang dapat melihat situasi yang sama namun memiliki pemahaman yang berbeda.
Yogyakarta, 2 Oktober 2025 – Kompleksitas pengelolaan perguruan tinggi di era modern menjadi sorotan utama dalam perkuliahan Manajemen Administrasi Pendidikan Tinggi yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA., IPU., ASEAN Eng. pada Kamis (02/10/2025). Di hadapan mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT), Prof. Zuprizal menggarisbawahi tantangan fundamental yang dihadapi institusi, yakni tumpang tindih peran dosen sebagai akademisi dan manajer. Menurutnya, kondisi ini sering kali menciptakan dilema profesional yang berisiko menurunkan kualitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Prof. Zuprizal memaparkan bahwa realitas di lapangan menunjukkan dosen kerap dibebani tugas administratif dan manajerial. Padahal, fokus utama mereka seharusnya pada pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Yogyakarta, 9 September 2025 – Perguruan tinggi di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam persaingan global akibat kuatnya tradisi lisan dalam transfer pengetahuan, yang berbenturan dengan tuntutan publikasi ilmiah sebagai standar kualitas akademik internasional. Akibatnya, banyak kontribusi intelektual dosen yang mumpuni tidak terdokumentasi dan tidak terukur di panggung dunia.
Isu krusial ini menjadi sorotan utama dalam perkuliahan Teori Manajemen dan Kepemimpinan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, M.P.P., pada Selasa (9/9/2025). Menurutnya, tanpa reformasi sistemik, perguruan tinggi Indonesia berisiko terus tertinggal karena kontribusi akademiknya tidak terlihat di mata dunia internasional. “Kita memiliki banyak dosen dengan pengetahuan mendalam, namun budaya lisan membuat kekayaan intelektual itu seringkali berhenti di ruang kelas,” ujar Prof. Wahyudi. “Padahal, indikator utama pemeringkatan universitas dunia seperti QS dan THE sangat bergantung pada publikasi dan sitasi.”
Dalam sebuah sesi perkuliahan yang mencerahkan pada Rabu, 3 September 2025, Prof. Dr. Ir. Sahid Susanto, M.S., mengupas secara mendalam peran vital Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dalam lanskap pendidikan tinggi modern. Ia menekankan bahwa integrasi teknologi bukan lagi sekadar pilihan atau tren, melainkan telah menjadi sebuah kebutuhan fundamental yang membentuk ulang cara dunia akademik beroperasi. Menurutnya, ICT telah berhasil mentransformasi ruang kelas tradisional menjadi lingkungan belajar yang lebih interaktif dan personal, sekaligus mendobrak batasan geografis untuk membuka akses pendidikan yang lebih luas bagi semua kalangan. Selain itu, efisiensi dalam proses penilaian juga meningkat tajam, memungkinkan dosen memberikan umpan balik yang lebih cepat dan tepat sasaran kepada mahasiswa.
Yogyakarta, 24 September 2025 – Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menegaskan perannya sebagai pencetak intelektual bangsa melalui Kuliah Umum “Pionir”. Dalam kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu, 24 September 2025 ini, mahasiswa pascasarjana diingatkan bahwa tantangan pendidikan tinggi modern tidak hanya sebatas pencapaian akademik, tetapi juga pembangunan integritas dan tanggung jawab moral.
Mengusung tema “Integritas Akademik dan Tanggung Jawab Moral: Kontribusi Mahasiswa Pascasarjana untuk Indonesia”, kuliah umum ini menyoroti posisi strategis mahasiswa pascasarjana sebagai agen perubahan. Di tengah dinamika global, mahasiswa tidak hanya dituntut menguasai bidang keilmuannya, tetapi juga memiliki kewajiban moral untuk berkontribusi aktif dalam penyelesaian masalah bangsa.
Yogyakarta, pada Senin (15/9/2025) – Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M. Agr., menyoroti tantangan besar Indonesia dalam menghadapi era ketidakpastian dan memanfaatkan bonus demografi. Dalam kuliah umum bertajuk “Transformasi Menuju Indonesia dengan Sumber Daya Manusia yang Unggul” , ia menegaskan bahwa transformasi fundamental pendidikan tinggi menjadi kunci untuk melahirkan generasi yang tidak hanya terdidik, tetapi juga tercerahkan.
Kegiatan yang mencerahkan ini diikuti secara antusias oleh para mahasiswa dari Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi, Sekolah Pascasarjana UGM. Di antara yang hadir adalah Chynara Wilma Fakhirah Nasution, Naufal Aufa Oktriana, Putri Ihda Inayah, M. Syahan Irsyad, Pandhuri Jayadi, Ellisa Fitriana, Baiq Annisa Tira Lestari, Dina Julzia, Dinda Cintya Desyana, Lidaena Umami, Muhammad Affan Yazidur Rahman, Jasmine Syaharani, Asri Fahmi Malim Wijaya Nasution, Habibah Fatimatuzzahra, S.Pd., Siti Rahmawati, Vikra Shafwa Humaira Sinambela, dan Endah Putri Handayani.