Yogyakarta, pada Senin (15/9/2025) – Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M. Agr., menyoroti tantangan besar Indonesia dalam menghadapi era ketidakpastian dan memanfaatkan bonus demografi. Dalam kuliah umum bertajuk “Transformasi Menuju Indonesia dengan Sumber Daya Manusia yang Unggul” , ia menegaskan bahwa transformasi fundamental pendidikan tinggi menjadi kunci untuk melahirkan generasi yang tidak hanya terdidik, tetapi juga tercerahkan.
Kegiatan yang mencerahkan ini diikuti secara antusias oleh para mahasiswa dari Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi, Sekolah Pascasarjana UGM. Di antara yang hadir adalah Chynara Wilma Fakhirah Nasution, Naufal Aufa Oktriana, Putri Ihda Inayah, M. Syahan Irsyad, Pandhuri Jayadi, Ellisa Fitriana, Baiq Annisa Tira Lestari, Dina Julzia, Dinda Cintya Desyana, Lidaena Umami, Muhammad Affan Yazidur Rahman, Jasmine Syaharani, Asri Fahmi Malim Wijaya Nasution, Habibah Fatimatuzzahra, S.Pd., Siti Rahmawati, Vikra Shafwa Humaira Sinambela, dan Endah Putri Handayani.
Menurut Prof. Djagal, Indonesia kini berada di persimpangan jalan dengan adanya bonus demografi. Kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif mendominasi bisa menjadi motor penggerak ekonomi, namun juga bisa berubah menjadi bencana sosial jika tidak diimbangi dengan kualitas SDM yang mumpuni. “Bonus demografi ini adalah pedang bermata dua. Peluang besar jika kita siap, musibah jika generasi produktif kita justru menjadi pengangguran karena minim kompetensi,” tegasnya di hadapan para mahasiswa.
Prof. Djagal memaparkan tiga pilar utama yang wajib dimiliki SDM unggul, yaitu karakter yang kuat, kompetensi yang mumpuni, dan komitmen yang teguh. Menurutnya, di tengah era ketidakpastian (uncertainty) abad ke-21, pengetahuan (knowledge) saja tidak lagi cukup, melainkan harus menyatu dengan sikap (attitude) yang tepat. Di sinilah peran pendidikan tinggi menjadi sangat vital. Ia mengkritisi pandangan bahwa pendidikan tinggi hanya sebatas transfer ilmu. “Esensi sejati universitas terletak pada interaksi bermakna antara dosen dan mahasiswa yang mampu mentransformasi cara berpikir. Tujuan kita bukan sekadar mencetak orang terdidik yang punya skill teknis, tetapi melahirkan insan tercerahkan yang memiliki kebijaksanaan, empati, dan kemampuan melihat gambaran besar,” jelasnya. Seorang yang benar-benar terdidik, lanjutnya, memiliki ciri khas cara berpikir sistematis, analisis tajam, serta tidak mudah termakan hoaks atau provokasi—sebuah kemampuan krusial di era banjir informasi saat ini.
Mengacu pada data Human Development Index, Prof. Djagal mengakui bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius terkait minimnya tenaga ahli berkualitas dan ketimpangan proporsi SDM terdidik. Ia merefleksikan momen-momen transformasi besar dalam sejarah, seperti Hijrah Nabi, Renaissance, hingga Restorasi Meiji di Jepang, sebagai bukti bahwa pendidikan adalah kunci utama kemajuan peradaban.
Untuk itu, ia mendorong adanya transformasi dalam proses belajar-mengajar di perguruan tinggi yang mencakup empat aspek:
- Dosen: Harus terus meningkatkan kompetensi dan relevansi dengan zaman.
- Konten: Kurikulum harus adaptif dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
- Lingkungan Belajar: Wajib mendukung proses pembelajaran yang interaktif dan optimal.
- Metode Mengajar: Harus inovatif, aplikatif, dan tidak lagi bersifat satu arah.
Menutup kuliahnya, Prof. Djagal memberikan pengingat penting bagi para mahasiswa sebagai generasi penerus. Ia mengajak mereka untuk mengubah paradigma dari thinking small menjadi thinking big.
“Kesempatan mengenyam pendidikan tinggi adalah sebuah keberuntungan dan amanah. Pendidikan yang Anda terima adalah investasi bangsa. Oleh karena itu, kembalikan dalam bentuk kontribusi nyata. Jangan hanya berpikir tentang karier pribadi, tetapi pikirkan warisan apa yang akan Anda tinggalkan untuk Indonesia,” pungkasnya. Kuliah umum ini menjadi seruan bagi seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk serius mempersiapkan generasi yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap menjadi pemimpin yang membawa perubahan positif bagi bangsa.
Tags: SDG 4: Quality Education (Pendidikan Berkualitas); SDG 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Decent Work and Economic Growth); SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (Industry, Innovation, and Infrastructure); SDG 10: Mengurangi Kesenjangan (Reduced Inequalities)
Penulis : Vikra Shafwa Humaira Sinambela; Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM