Penelitian ini disusun sebagai upaya problem solving dengan melihat dan menganalisa lebih dalam mengenai bagaimana hasil tracer study dimanfaatkan dalam pengembangan kurikulum program studi (prodi) di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian 4 buah Program Studi yang dipilih berdasarkan hasil akreditasi BAN-PT serta ciri keilmuan prodi (sains dan sosial humaniora) dengan perincian 2 prodi dengan nilai akreditasi A, 1 prodi dengan nilai B, dan 1 prodi dengan nilai C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil tracer study belum secara optimal digunakan sebagai masukan dalam pengembangan kurikulum karena sebagian besar prodi yang diteliti belum melaksanakan tracer study atau telah melaksanakan, tetapi belum melakukan tindak lanjut terhadap hasil yang diperoleh. Tindak lanjut belum dilaksanakan antara lain karena informasi yang diperoleh dari tracer study dengan instrument yang digunakan saat ini belum memberikan informasi yang utuh mengenai alumni, pengalaman pembelajaran di prodi, kompetensi yang diperlukan di dunia kerja serta transisi ke dunia kerja. Informasi yang diperoleh baru sebatas data dasar sebagai database alumni saja. Pengembangan kurikulum di Prodi sebagian besar dilaksanakan dengan masukan dan pertimbangan dari pengelola dan staf pengajar. Sebagai pertanggung jawaban terhadap publik, selain melalui akreditasi, prodi perlu melaksanakan tracer study dan identifikasi sinyal pasar kerja serta menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program termasuk pengembangan kurikulum.
Opini
Oleh: Novita Dwi Anawati (Alumni Prodi MMPT SPs UGM)
Sistem informasi akademik memberikan kemudahan dalam penyusunan dokumen evaluasi perguruan tinggi. Data yang disajikan dalam sistem informasi akademik memiliki tingkat akurasi yang tinggi, karena proses inputing data melibatkan personil yang bersangkutan. Implementasi sistem informasi akademik di Universitas Airlangga diawali dengan mengaplikasikan program yang dirancang oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI). Sistem informasi tersebut tidak berjalan optimal, karena dianggap kurang dapat memenuhi kebutuhan seluruh fakultas dan unit. Berdasarkan pengalaman tersebut, Universitas Airlangga kemudian mengembangkan konsep sistem informasi akademik perguruan tinggi yang lebih komprehensif, yaitu Universitas Airlangga CyberCampus (UACC)
Oleh Sahid Susanto
Dalam abad ke-21 sekarang ini, salah satunya ditandai dengan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi, TIK (Communication and Information Technology, CIT) yang semakin inten di segala aspek kehidupan. Perkembangan alat TIK yang begitu cepat juga menggerakkan dinamika kehidupan begitu cepat pula. Di dunia pendidikan tinggi, perkembangan TIK merubah paradigma dalam pembelajaran. Pengajar bukan lagi sebagai pemilik tunggal keilmuan yang harus di transfer kepada mahasiswa, tetapi sudah digantikan dengan media online.