Tujuh mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim Ba.TIC berhasil mendapat tiga penghargaan dalam ajang World Creativity Invention Olympic WICO (2018). Diselenggarakan di SETEC soul Exibition Trade Center pada 02-04 Agustus 2018, WICO merupakan ajang inovasi dan invensi yang menampung kreativitas mahasiswa melalui pengembangan produk inovasi yang diciptakan.
“Dalam ajang ini kami mendapat tiga penghargaan, yaitu silver medal best presentation, special award dan best leading innovation award,” tutur Ghilman Nafadza Hakim, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM, Kamis (9/8).
Selain Ghilman, tim ini juga beranggotakan Muhammad Fadlullah dari Sekolah Pasca Sarjana Prodi MMPT, Fazlur Rahman dari Fakultas Kehutanan, Laura Sofa Hana dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis, serta Piquita Della Audyana, Mahardian Anjar lainggiarta, dan Mas Fariz Fadlilah Mufid, ketiganya dari Fakultas MIPA.
Kegiatan WICO sendiri diselenggarakan oleh Korea University Invention and innovation promotion (KUIA) dan diikuti oleh peserta dari 26 negara. Para mahasiswa UGM yang menjadi wakil dari Indonesia mengusung Ba.TIC sebagai inovasi yang diajukan dalam ajang ini.
“Ba.TIC merupakan kepanjangan dari Batik with Technology embedded inside as Innovation in Conservation. Ini merupakan sebuah aplikasi yang menjadi terobosan baru untuk kampanye konservasi flora dan penerapannya menggunakan perpaduan antara fashion dan teknologi,” imbuh mahasiswa angkatan 2014 ini.
Ghilman memaparkan, Ba.TIC menyematkan teknologi Augmented Reality (AR) dan QR Code labelingsebagai sarana transfer wawasan untuk mengetahui seluk beluk tentang flora ikonik dalam motif batik. QR Code labeling membantu menafsirkan model ilustratif yang tertuang di dalam motif batik dengan model realis dari alam yang kemudian muncul dalam bentuk 3D di aplikasi Ba.TIC.
Tidak hanya itu, informasi sejarah dan filosofi batik sebagai wujud cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia dapat diketahui melalui platform tersebut.
“Adanya teknologi Augmented Reality dan QR Code labeling dapat membantu menjaga keaslian dan kualitas produk,” ucapnya.
Ba.TIC dapat digunakan sebagai sarana pendidikan yang bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat dan partisipasi publik dalam penyelamatan kearifan lokal serta keanekaragaman hayati Indonesia melalui media batik. Sentuhan teknologi yang dikombinasikan dengan budaya lokal menjadikan Ba.TIC sebagai suatu terobosan baru yang tetap menjaga warisan terdahulu.