Pada pembukaan acara ini, seluruh peserta diminta untuk berdoa dan menyanyikan lagu kebangsaan serta hymne UGM. Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D. menyampaikan sambutan, menyadari bahwa pandemi COVID-19 telah membawa perubahan signifikan dalam lingkungan, sosial, dan budaya. Dalam konteks ini, kesehatan mental menjadi semakin penting, dan UGM telah mengembangkan program kesehatan mental bekerja sama dengan psikolog dan dokter jiwa psikiater.
Materi utama disampaikan oleh Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D. dan dimoderatori oleh Dr. Ir. R. Wahyu Supartono. Dr. Ir. R. Wahyu Supartono menjelaskan bahwa acara ini akan diadakan sebanyak lima kali dalam setahun. Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D., seorang pakar kesehatan mental dari Universitas Psikologi, Dewan Pengawas TVRI, Dekan Psikologi UGM, dan Sekretaris Eksekutif, fokus pada kesehatan mental khususnya bagi mahasiswa di perguruan tinggi.
Kesehatan mental menjadi perbincangan utama setelah Ibu Supra memaparkan tiga gambar, salah satunya menggambarkan perjalanan seorang mahasiswa bernama Sugianto. Sugianto mengalami depresi dalam perjalanannya menempuh pendidikan, tetapi dengan dukungan psikolog dan konseling, ia berhasil pulih dan berbagi pengalaman.
Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D. memberikan gambaran bahwa masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa cukup serius. Dari hasil penelitian, sekitar 60% mahasiswa mengalami gangguan mental, termasuk masalah psikologis yang sedang hingga berat. Faktor-faktor seperti tuntutan akademik yang tinggi, stigmatisasi, dan perubahan sosial dan lingkungan turut berkontribusi pada meningkatnya masalah kesehatan mental di lingkungan kampus.
Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D. menjelaskan bahwa kesehatan jiwa tidak hanya berkaitan dengan penyakit jiwa, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup kita secara keseluruhan. Pemahaman diri, kekuatan dan kerentanan individu, serta dinamika lingkungan, semuanya memainkan peran dalam kesehatan mental. Dalam konteks kampus, banyak mahasiswa yang baru pertama kali menghadapi tantangan menjadi lebih mandiri. Beberapa dari mereka mengalami kesulitan beradaptasi, konflik interpersonal, dan masalah psikologis sebelum bahkan memulai perkuliahan. Faktor-faktor seperti stigma, perubahan dinamika sosial, isolasi, dan kesulitan finansial juga turut berperan dalam masalah kesehatan mental.
Pentingnya dukungan dan pemahaman dari keluarga, teman, dan lingkungan sangat ditekankan oleh Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D. . Love dan support dari orang lain dapat memberikan dampak positif bagi individu yang mengalami gangguan mental. Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D. juga menyoroti piramida kesehatan mental, dengan lapisan bawah mewakili individu yang tidak mengalami distress, dan semakin tinggi lapisannya menunjukkan tingkat keseriusan masalah kesehatan mental, seperti gangguan jiwa dan masalah kesehatan jiwa. Dalam sesi tanya jawab, Ibu Dwi dari Prodi Magister Teknik Sistem FT UGM menanyakan perbedaan antara konsultasi ke psikolog dan hipnoterapi. Ibu Supra menjelaskan bahwa psikologi lebih berbasis ilmiah dan evidance-based, sementara hipnoterapi seringkali dianggap sebagai ilmu yang kurang konsisten. Pengobatan yang paling efektif adalah kombinasi antara obat dan terapi.
Pertanyaan lain melibatkan pemilihan jurusan yang keliru, FOMO (Fear of Missing Out) dan dampaknya pada kesehatan mental, perubahan IQ selama tes, cara mendeteksi dan mengatasi stres, serta perbedaan antara orang malas dan orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Acara ini mencerminkan pentingnya kesadaran akan kesehatan mental di lingkungan pendidikan tinggi dan upaya bersama untuk memberikan dukungan dan solusi bagi individu yang membutuhkan.
MMPT Talks merupakan salah satu usaha UGM untuk mendukung SDGs nomor 4 tentang Quality Eduation
Penulis : Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM