
Yogyakarta, 5 Februari 2025 – MMPT kembali menunjukkan komitmennya untuk berinovasi dalam dunia pendidikan tinggi. Hari ini, diskusi penting yang berpotensi mengubah lanskap pendidikan di UGM telah berlangsung di ruang dekanat. Dua program studi, Magister Manajemen Informasi Perpustakaan (MIP) dan Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT), tengah menjajaki kemungkinan untuk bergabung, menciptakan sinergi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di era digital. Diskusi ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dalam dunia pendidikan UGM, termasuk Ibu Dekan yang turut memberikan arahan. Dr. Silverius Djuni Prihatin, M.Si., dari MIP, membuka diskusi dengan antusias, menceritakan bagaimana komunikasi intensif antara MIP dan MMPT telah terjalin sejak Agustus 2024. “Kami telah mengidentifikasi beberapa mata kuliah di MMPT yang sangat relevan dengan kebutuhan mahasiswa MIP,” ujarnya. “Ini adalah peluang emas untuk memperkaya kurikulum kami.” Beberapa mata kuliah yang menjadi sorotan adalah Teori Manajemen dan Kepemimpinan, Perilaku Organisasi, Metodologi Riset dan Internship, Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan, Kepemimpinan Strategik, serta Manajemen dan Pengembangan Kinerja Riset. Dr. Djuni juga menyampaikan harapan agar sistem pendaftaran mahasiswa baru dapat diintegrasikan, sehingga mahasiswa yang mengambil mata kuliah di MIP juga otomatis terdaftar di MMPT. “Ini akan mempermudah administrasi dan memastikan data mahasiswa tercatat dengan baik di kedua program studi,” jelasnya.
Tak hanya itu, MIP juga berharap mahasiswa yang mulai kuliah tahun 2025 dapat langsung mengikuti kurikulum dan mata kuliah wajib di MMPT. “Kami ingin memberikan yang terbaik bagi mahasiswa,” kata Dr. Djuni. “Mereka berhak mendapatkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman.” Keinginan lulusan MIP untuk melanjutkan studi S3 di MMPT juga menjadi salah satu poin penting dalam diskusi ini. “Kami melihat potensi besar dalam program S3 MMPT,” ujar Dr. Djuni. “Ini adalah kesempatan bagi lulusan MIP untuk mengembangkan diri lebih jauh.” Ibu Ratna dari KBM menambahkan bahwa ide untuk menjadikan MIP sebagai program studi mandiri atau bergabung dengan program studi lain sudah lama dibicarakan. “Kami menyadari adanya perbedaan antara keilmuan dan administrasi di MIP dan KBM,” katanya. “Oleh karena itu, kami terus mencari solusi terbaik untuk masa depan MIP.” Diskusi dengan Dr.rer.nat. Ir. R. Wahyu Supartono dari MMPT juga telah dilakukan terkait rencana memasukkan mahasiswa baru ke sistem MMPT di tahun ajaran 2025. “Kami menyambut baik inisiatif ini,” ujar Dr. Wahyu. “Kami percaya bahwa penggabungan ini akan memberikan manfaat besar bagi kedua program studi.”
Dr. Wahyu menjelaskan bahwa pihaknya sudah dua kali bertemu dengan KBM, yaitu pada bulan Agustus dan Desember 2024, untuk membahas potensi penggabungan ini. MMPT berencana melakukan penggabungan setelah proses akreditasi internasional ACQUIN selesai. “Kami ingin memastikan bahwa proses penggabungan ini berjalan lancar dan sesuai dengan standar internasional,” kata Dr. Wahyu. Untuk mempermudah prosesnya, MMPT akan membentuk tim koordinasi yang akan bertugas merevitalisasi kurikulum dengan mempertimbangkan masukan dari MIP. “Kami ingin melibatkan semua pihak terkait dalam proses ini,” ujar Dr. Wahyu. “Masukan dari MIP akan sangat berharga bagi kami.”
Prof. Dr. Ir. Sahid Susanto, M.S., memberikan pandangan menarik dengan menganalogikan hubungan antara MMPT dan MIP sebagai proses “pendekatan”. “Ini adalah langkah awal yang penting,” ujarnya. “Kita perlu memastikan bahwa kedua program studi ini memiliki visi dan misi yang sejalan.” Menurut Prof. Sahid, MMPT punya keunggulan dalam desain kompetensi dan kurikulum yang mampu menciptakan suasana akademik yang baik. Namun, ada dua hal penting yang perlu dipertimbangkan. Pertama, apakah ada kesamaan yang kuat antara keilmuan MMPT dan MIP. Kedua, bagaimana prosedur dan mekanisme penggabungannya, karena butuh proses formal dan legal. Terkait program S3, Prof. Sahid menyampaikan bahwa kurikulum S3 MMPT sudah siap dengan fokus pada new public management. “Ini adalah program yang sangat relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini,” ujarnya. “MIP diharapkan bisa menyesuaikan diri dengan paradigma ini jika ingin bergabung dengan MMPT.”
Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D., menambahkan bahwa kurikulum dan penjaminan mutu harus menjadi satu kesatuan. “Kita tidak bisa hanya fokus pada kurikulum,” katanya. “Kita juga harus memastikan bahwa kualitas pendidikan terjamin.” Sambil menunggu akreditasi internasional selesai, diskusi terkait penggabungan ini bisa terus dilakukan. Prof. Malkhamah juga menawarkan bantuan dari Dekanat untuk memfasilitasi jadwal dan diskusi lebih lanjut. “Kami siap membantu proses penggabungan ini,” ujarnya. “Kami ingin memastikan bahwa semua pihak merasa nyaman dan diakomodasi.” Beliau mencontohkan program studi MSTT di Fakultas Teknik yang tidak menggunakan istilah minat, melainkan konsentrasi. “Ini adalah model yang bisa kita pelajari,” kata Prof. Malkhamah. “Kita perlu mencari format yang paling sesuai untuk konteks UGM.” Prof. Malkhamah juga menyampaikan bahwa workshop kurikulum yang telah dilakukan memberikan gambaran awal terkait mata kuliah, silabus, kompetensi, pengelolaan, dan konsentrasi yang perlu dibahas lebih lanjut. “Ini adalah langkah awal yang baik,” ujarnya. “Kita perlu terus berdiskusi dan mencari solusi terbaik.”
Prof. Sahid kembali menambahkan bahwa saat rapat revitalisasi kurikulum, Prof. Insap dan Prof. Djunaidi menyampaikan bahwa MIP akan mengarah ke manajemen perpustakaan berbasis software. “Ini adalah langkah yang visioner,” ujarnya. “Kami sangat mendukung inisiatif ini.” Hal ini sejalan dengan tujuan MMPT. “Kami ingin menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri,” 1 kata Prof. Sahid. “Oleh karena itu, kami sangat tertarik untuk bekerja sama dengan MIP dalam mengembangkan manajemen perpustakaan berbasis software.” Prof. Sahid juga menyampaikan informasi mengenai jumlah SKS S2 di MMPT, yaitu antara 43 hingga 46 SKS. “Ini adalah jumlah yang ideal untuk program magister,” ujarnya. “Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa mendapatkan pendidikan yang komprehensif tanpa merasa terlalu terbebani.” Prof. Malkhamah kemudian menyoroti beberapa aspek yang perlu didiskusikan lebih lanjut, antara lain terkait keuangan, jumlah SKS, beban dosen, dan proses pendaftaran mahasiswa baru (PMB). “Ini adalah isu-isu penting yang perlu kita bahas secara intens,” ujarnya. “Kita ingin memastikan bahwa penggabungan ini tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.”
Diskusi diakhiri dengan kesimpulan bahwa ada potensi yang baik untuk penggabungan atau kolaborasi antara MIP dan MMPT. Namun, beberapa poin penting perlu didiskusikan lebih lanjut, terutama terkait substansi keilmuan, prosedur formal penggabungan, dan kurikulum program S3 yang ditawarkan oleh MMPT. “Ini adalah awal yang baik,” ujar Dr. Djuni. “Kami optimis bahwa penggabungan ini akan memberikan manfaat besar bagi kedua program studi dan bagi UGM secara keseluruhan.”
Tema SDGs: 4. Pendidikan berkualitas, 9. Industri, Inovasi, dan Infrastruktur
Penulis: Berlian Belasuni
Foto : Dok. Prodi MMPT SPs UGM